Sering sekali kita mendengar kata ibnu sabil, namun apakah itu ibnu sabil? Ya benar sekali, sahabat kebaikan secara umum yang kita ketahui bahwa ibnu sabil adalah seorang musafir dalam keadaan lemah.
Lemah seperti apa yang diamksudkan dalam zakat dan bantuan? karena banyak sekali sahabat kebaikan yang bercerita bahwa sulit sekali membedakan mana yang sebenarnya ibnu sabil.
Hal ini terjadi karena beberapa oknum yang memanfaatkan status ibnu sabil untuk meminta-meminta padahal dalam kategori bukan ibnu sabil.
Apakah sahabat kebaikan pernah menemukannya?
Kalau pernah yuk kita perhatikan kembali sebenarnya apa kriteria ibnu sabil agar kebaikanmu tepat sasaran, berikut ulasannya.
Penting mengetahui beberapa poin syaratnya.
Perlu diingat bahwa ibnu sabil termasuk bagain dari delapan mustahik zakat, sebagaimana disebutkan di dalam Al-Quran:
إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالمـسَاكِينِ وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا وَالمـؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ وَالْغَارِمِينَ وَفِي سَبِيلِ اللَّهِ وَابْنِ السَّبِيلِ فَرِيضَةً مِنَ اللَّهِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ
Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.(QS. At-Taubah : 60)
Tentu ibnu sabil menjadi poin penting dan berhak menerima manfaat sebagiamana syarat dinyatakannya sebagai ibnu sabil yaitu :
1. Muslim
Ini menjadi poin utama sejatinya yang berhak menerima bantuan dan zakat apalagi dikelola oleh amil adalah muslim.
2. Tidak memiliki harta
Musafir atau seseorang yang sedang melakukan perjalanan tertimpa musibah, seperti kecopetan, begal dan sebagainya yang mengakibatkan habisnya seluruh harta yang ia miliki dan dibawa.
Sehingga ini menjadi poin penting bahwa ibnu sabil merupakan orang yang melakukan perjalan dalam kondisi sangat lemah harta dan tidak sedikitpun ada harta atas apa yang ia usahakan.
3. Perjalanan yang baik (bukan maksiat)
Perjalanan yang baik seperti pulang ke kampung halaman, maka selayaknya kita menyegerakan sahabat muslim agar dapat melanjutkan perjalanannya dengan baik.
Hal ini menjadi perhatian kita bersama sahabat kebaikan melihat banyak sekali problema masyarakat kita yang masih ada melanjutkan perjalanan ditengah kekurangan.
Karena keterbatasannya, mereka rela melakukan perjalanan dengan jalan kaki dan jarak temput beratus kilometer dan dalam keadaan kurang pakaian, minim kenyamanan keamanan, bahkan unuk komsumsipun tidak ada, maka sahabat kebaikan jangan sampai cuek dengan hal ini ya.
Dan bagaimana cara kita membantunya? berikan kebaikan melalui LAZnas PHR.
Bantuan yang diberikan kepada Ibnu Sabil yaitu biaya akomodasi perjalanan jauh, biaya keperluan perjalanan, hingga pakaian jika dalam kekurangan pakaian.
Sahabat kebaikan saatnya kita yang memberikan kebaikan melalui LAZnas PHR yang Insyaa Allah samgat dibutuhkan bagi setiap insan dan akan terus megalir energi kebaikan.
